
Sukabumi, – Sebanyak 106 warga Kampung Babadan, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan mengalami gejala keracunan massal pada Rabu (7/5/2025) malam. Insiden ini diduga kuat terjadi setelah mereka menyantap hidangan nasi jomet atau nasi kotak yang dibagikan dalam sebuah acara haul (peringatan kematian) yang digelar di kampung tersebut. Dugaan awal penyebab keracunan mengarah pada kontaminasi bakteri pada makanan yang dikonsumsi.
Peristiwa yang menggegerkan warga ini mulai terungkap ketika sejumlah orang secara hampir bersamaan mengeluhkan gejala gangguan pencernaan setelah menyantap hidangan dari acara tersebut. Nasi kotak yang dibagikan untuk dibawa pulang dan disantap di rumah masing-masing diduga menjadi sumber masalah.
Menurut keterangan salah seorang warga yang turut menjadi korban, gejala mulai muncul beberapa jam setelah mereka mengonsumsi nasi kotak tersebut. “Setelah makan nasi jomet di rumah masing-masing, banyak yang mulai merasa mual, mulas, bahkan beberapa sampai muntah-muntah,” ujar warga tersebut. Melihat kondisi yang dialami serempak oleh banyak tetangganya, warga pun berinisiatif untuk segera mencari pertolongan medis ke rumah sakit terdekat.
Hingga Kamis (8/5/2025) dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB, jumlah warga yang melaporkan gejala serupa dan memeriksakan diri terus bertambah hingga mencapai 106 orang. Para korban, yang terdiri dari berbagai usia, segera mendapatkan penanganan medis di fasilitas kesehatan setempat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Deni Ramdani, yang dikonfirmasi mengenai insiden ini, menyatakan bahwa pihaknya telah bergerak cepat untuk menangani para korban dan melakukan investigasi. Deni memastikan bahwa berkat penanganan yang cepat, tidak ada korban yang berada dalam kondisi kritis.
“Alhamdulillah, penanganan cepat sudah dilakukan, dan tidak ada korban yang dalam kondisi kritis,” kata Deni. Ia menambahkan bahwa berdasarkan informasi awal dari tim surveilans yang diterjunkan, dugaan sementara penyebab keracunan adalah bakteri yang terdapat dalam makanan.
“Informasi dari tim surveilans, ini diduga karena bakteri. Kalau karena kimia, pasti dampaknya lebih hebat dan reaksinya lebih cepat. Gejala yang dialami para korban umumnya muncul sekitar enam jam pascakonsumsi,” jelas Deni.
Untuk memastikan penyebab pasti keracunan, pihak Dinas Kesehatan akan mengambil sampel makanan dari nasi kotak yang dikonsumsi warga untuk dilakukan uji laboratorium. Selain itu, petugas juga akan mengumpulkan keterangan dari pihak penyelenggara acara haul dan penyedia makanan tersebut.
Kejadian keracunan massal ini menjadi pengingat penting akan perlunya menjaga kebersihan dan standar keamanan pangan, terutama dalam penyediaan makanan untuk acara yang melibatkan banyak orang. Proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan harus dilakukan secara higienis untuk mencegah kontaminasi bakteri atau patogen lainnya yang dapat membahayakan kesehatan.
Pihak berwenang, termasuk kepolisian dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, akan terus melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap sumber pasti kontaminasi dan memastikan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Warga diimbau untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan, terutama yang berasal dari luar, dan segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala keracunan makanan.
Kasus ini menambah daftar insiden keracunan massal yang terjadi di berbagai daerah, yang seringkali disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap aspek kebersihan dan keamanan pangan. Diharapkan, hasil investigasi nantinya dapat memberikan pelajaran berharga bagi semua pihak, baik penyelenggara acara maupun penyedia jasa katering, untuk selalu memprioritaskan standar kesehatan tertinggi dalam setiap penyajian makanan.